angin malam di atas kota Bogor berlari berkejaran bersama
teman-temannya. Dengan sengaja ditabraknya langit sehingga
berguguran warna birunya
yang tinggal hanyalah warna hitam, mendung itu. Pada gilirannya ia
pun mengoyak juga oleh angin yang tak bosan-bosannya bermain
gasing didekatnya. Maka enggan deras air hujan itu berjatuhan dari tubuhnya
bulan sedari tadi memperhatikan ulah angin. ia mencoba menegurnya
dengan santun:
"kau angin malam, temanku, kalau bermain barangkali janganlah
terlalu kasar. Manusia tidak menyukai banjir. Awan itu tadinya
hanya memberi sedikit saja gerimisnya."
Angin malam mengerutkan keningnya. Soalnya sudah bosan ia
mendengar nasehat bulan. Sambil bersiul kencang dihelanya awan
hitam yang lebih pekat lagi dari gunung Salak ke arah pusat kota,
sehingga lengkaplah: kegelapan di malam itu
B. Irawan Massie
No comments:
Post a Comment