Terkadang hanya perlu diam
Tenggelam melebihi sepinya malam
Duduk sejenak, memikirkanmu dan bait-bait syair tentang kematian
Entahlah saat kumenengguk secawan anggur kau ada
Menoleh lewat ekspresi yang tak asing kulihat
Mungkin itu fatamorgana sejati, dalih kau dalam khayal
Maju syarat darimu dalam hidup nanti saat kau masih terlalu jinak
Ya, berpikirlah tentang aku, aku yang buas demi menelan gelap yang kau keluarkan tanpa batas
Elemen rasaku terlalu sempurna untuk diketahui
Jadi bersembunyilah agar aku mencari, mencari jiwa yang hilang, hilang oleh asap gelap yang kau kumpulkan menjadi awan kelabu
Aku khawatir ketika aku sudah mencengkrammu, kemelut terkumpulkan saat ku tak siap dengan tabungan karma ini
Kau tiupkan kata sangat sederhana disini, ditelingaku
Hinggaku harus mencari kamus, kamus yang sebenarnya tak ada hanya hatiku yang kau jadikan kamus
Sadarkah, kau itu egois melebihi batu karang sehingga rasaku melunak jauh dari apa pun
Kata-kata atau syair atau apa pun tak pernah habis keluarkan bahasa jiwa, jiwa yang tak mungkin ada jika semuanya melenyap dalam perginya kau
Itulah waktu yang kuhabiskan sampai kematian membuat gerbang bertemu tanpa penjara-penjara api dan dunia yang terlalu sadis di antara kita.
Darmadi
No comments:
Post a Comment