Tiada henti, tiada habis mengurai luruhnya jiwaku
Tak mungkin memisalkan apa pun dengan rasa,rasa yang terlalu munafik jika ku mengobralnya
Tepi mana kau memulai dan satu lagi singgah di tepi lain,
yang ada aku di situ.
Bolehkah semua ini, karma yang menusuk di inti hidupku
Maaf kuterbangkan tepat di telingamu, memendam endapan
garam kehidupan, buatku sakit lebih dari sekedar kolesterol
Berangan, ah 'ku tak mau menulis lagi dan
mengukirnya di sepatumu yang kumal penuh debu.
Luka, pernahkah kau ciptakan itu disini, di hatiku
Luka, bolehkah ku minta kau buatku luka dan
boleh lebih,
Luka, inginnya kau membalut dengan garam dan
bakarlah hingga harum sengitnya buatmu bangkit
dari gairah lama, yang sangat usang bila teringat lagi
Sekejap saja bila ada titik di sini, maka akhirlah
dari kata yang tak sempat tercurahkan, bahagiakah dirimu?
Percuma perhatian lalu pergi tuk abaikan, menyimpan pecahan dan merakit
lagi
Inilah akhir dari serpihan rasaku, untukmu yang di sana
yang mungkin bahagia dan abadi di kehidupanmu.
Selamat tinggal,
Darmadi
No comments:
Post a Comment