Saat rasa menggelayut, benarkah itu dia?
Saat ilusi keindahan memutar, benarkah itu dia?
Luka tersembunyi, kisah memulai, benarkah itu dia?
Morphin tak sebanding, kuasanya lebih dari fantasi, benarkah itu dia?
Apalagi, kata-kata harus ada, melambangkan dia?
Aku benci dia,
dia yang menguasai kaula muda
Aku benci dia,
dia yang memanggil jiwa api
Aku benci dia,
dia yang dekat dengan kemegahan
Aku benci dia,
dia seperti bentuk kemutlakan
Aku benci dia,
dia seperti papan ouija
memanggilku dengan rasa
Aku benci dia,
dia yang selalu ber-antonim bagiku
Aku benci dia,
dia yang selalu membayangi kegelapanku
Aku tak tahu dia,
dia tak hadir, dan aku hanya memiliki persepsi
yang tak asli.
Kepada waktu, pinjamkan dia di waktu
tertepat dan selipkan
di antara lembaran rasaku.
Darmadi
No comments:
Post a Comment