dan minum tetesan air mata
tiga malam di kafe Latei,
denting rinduku mencari arti
memantul di semesta matamu
tinggal perih yang menghinaku
menari indah di tangisanku.
Aku cuma ingin mengaku:
"Adakah yang lebih menggetarkan
dari getir cinta patah di musim gugur?"
Setelah itu terserah padamu.
Didik Siswantono
Amsterdam, 2014
No comments:
Post a Comment