Wednesday, 27 January 2016

PELAJARAN BERKICAU

Menyembunyikan luka di kepala, membuatku malas bertegur sapa.
Luka terpaksa mengeram lebih lama dari yang kukira. Membuka
pagi, berkicau seadanya, agar luka segera reda.

Demikianlah kisah luka di kepala yang kusimpan rapi, nyerinya
selalu beterbangan di pagi belum ada. Sambil ditemani kicau
burung di beranda dan bebunga mekar di halaman ingatan.

Lalu di subuh yang hampir sirna, luka melunglaikan raga.
Luka memang selalu ada, tinggal bagaimana kita berkicau
semampunya. Agar surga menjadi taman bunga di kepala.

Didik Siswantono, 2014

No comments:

Post a Comment

KEPADA PANTAT

Pantat, berilah aku celana dalam yang murah saja yang cukup nyaman buat duduk-duduk senja, yang cetakannya tidak terlihat seksi seperti tubu...