pada sebuah kota yang begitu jauh, pada Tuhan yang tak
kunjung mengulurkan bantuan. Dadamu yang ranum selalu
diremas kesedihan, apa artinya sebuah pertemuan?
Setiap angin mengelus dadamu, kau selalu saja berkelit,
pada sebuah jarak yang begitu jauh, pada sebuah jejak
yang sulit ditebak. Bukankah rindu yang tersembunyi
adalah ia yang telah kau restui?
Kau diam saja dan berusaha mengelak dari cahaya pukul
sembilan belas kosong tiga. Sewindu kini, kau menjelma
buku tua yang kertasnya mudah sobek. Bukankah cuma
aku yang sudi memberimu pelajaran rindu?
Didik Siswantono
No comments:
Post a Comment